Penemu Golongan Darah ABO - Karl Landsteiner
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari suatu individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Karl Landsteiner yang dilahirkan di Vienna, adalah ilmuwan dalam bidang bio pengobatan. Bahkan berkat jasanya, dia mendapatkan anugerah Nobel untuk bidang Fisologi atau Pengobatan pada tahun 1930. Ini semua karena penggolongan jenis-jenis darah menjadi empat yakni; A, B, AB, dan O pada tahun 1909. Dia yang pertama kali menemukan tiga golongan darah manusia, yang kemudian diberi nama golongan darah A, B, dan O. Selain menemukan golongan darah, Landsteiner juga menemukan Rh darah, maka orang dapat mentransfusi darahnya dengan aman.
Golongan darah adalah ciri khusus darah atas suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dengan kata lain, golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah. Karl Landsteiner menemukan 3 dari 4 golongan darah (yang kemudian disebut sistem ABO) dengan cara memeriksa golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana itu dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
Hasil percobaan itu menghasilkan dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal dengan golongan darah A dan B), dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki antigen, dikenal dengan golongan darah O). Kesimpulannya, ada dua macam antigen A dan B di dalam sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan O. Kemudian, Alfred Von Decastello dan Adriano Sturli—kolega Landsteiner—menemukan golongan darah AB. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah, sedangkan pada serum tidak ditemukan antibodi.
Landsteiner menikah dengan Helen Wlasto pada 1916. Sebelum menikah, dia adalah anak seorang hakim yang juga bekas wartawan terkenal. Dia mendapat pendidikan dalam bidang pengobatan di Universitas of Vienna. Minatnya terhadap pengobatan sudah dirasakannya sejak sekolah. Hingga tahun 1891, dia menerbitkan kertas kajiannya mengenai pengaruh diet terhadap komposisi darah. Untuk mendalami pengetahuannya dalam bidang kimia, Lansteiner melanjutkan pelajarannya di Zurich dan juga di Munich selama lima tahun.
Dia bekerja dengan banyak ilmuwan seperti Prof. A. Weichcelbaum yang menemukan bakteri yang menyebabkan meningitis. Serta Fraenckel yang menemukan pneumokokosis (pneumococcosis). Hingga tahun 1919, setelah 20 tahun bekerja dalam bidang anatomi patologi, Landsteiner berhasil menerbitkan banyak penelitian. Terutama mengenai morbid anatomi dan imunisasi. Bahkan dia juga menemukan faktor imunisasi yang diberi nama "hapten". Dia juga berjasa atas penelitiannya tentang paroksismal hemoglobinuria (paroxysmal haemoglobinuria).
Hasil kajiannya menunjukkan punca poliomielitis (poliomyelitis) boleh dipindahkan kepada monyet dengan cara menyuntik bahan yang disediakan daripada tulang belakang anak-anak yang mati akibat penyakit ini. Landsteiner sebenarnya banyak memberikan sumbangan dalam bidang anatomi patologi, histologi, dan imunologi. Beliau juga menjadi profesor emeritus di Intsitut Rockfeller pada 1939. Dia meninggal pada 24 Juni 1943 setelah diserang penyakit jantung.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO.
Sumber : http://rahasia-golongandarah.blogspot.co.id/2013/12/penemu-golongan-darah-abo-karl.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar