Rabu, 04 Januari 2017

Hubungan Sosial dan Pranata Sosial



Materi Hubungan Sosial dan Pranata Sosial

Bentuk – Bentuk Hubungan Sosial

Dalam ilmu sosiologi kita mengenal istilah interaksi. Interaksi menurut Poerwitaatmadja (1987) adalah hubungan timbal balik yang saling memengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Adapun pengertian interaksi sosial adalah dasar dari proses sosial yang menunjukkan hubungan sosial yang dinamis. Bentuk proses sosial adalah hubungan sosial atau interaksi sosial. Karena, interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial.



Materi Hubungan Sosial dan Pranata Sosial

Interaksi sosial juga melibatkan proses sosial yang bermacam-macam, yaitu proses tingkah laku yang dikaitkan dengan struktur sosial. Sisi lain yang tidak bisa dipisahkan dari hubungan sosial adalah dampak positif dan negatif yang ditimbulkannya. Salah satu contoh yang dikemukakan Poerwitaatmadja, misalnya apabila dua orang bertemu atau beberapa orang bertemu berarti interaksi sosial sudah dimulai. Pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, dan saling berbicara (bentuk positif). Akan tetapi, dapat juga pembicaraan itu meningkat menjadi pertikaian yang akhirnya berubah menjadi perkelahian (bentuk negatif).

Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari hubungan sosial. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa bentuk-bentuk hubungan sosial terdiri atas tiga macam yaitu sebagai berikut. 1) Kerja sama (cooperation), yaitu kerja sama yang dilakukan masyarakat karena didasari oleh kebersamaan dan rasa memiliki. Misalnya, memperbaiki jalan, kerja bakti mendirikan gereja, mendirikan mesjid, dan sebagainya. 2) Persaingan (competation), yaitu hubungan sosial antar-individu yang saling berlomba atau bersaing untuk maju. Dalam bentuk ini, mereka tidak melakukan kerja sama. Misalnya, antarpedagang, masyarakat pengusaha, antarkaryawan, dan sebagainya. 3) Pertikaian (conflict), yaitu hubungan sosial ketika salah satu pihak merasa dirugikan. Di antara mereka saling mencemooh, saling mencurigai, dan bermusuhan. Hubungan sosial ini bisa mengakibatkan kerusuhan atau peperangan.

Faktor – Faktor Pendorong Terjadinya Hubungan Sosial

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak ia dilahirkan, manusia sangat ketergantungan pada kelompok di sekitarnya. Demikian juga ketika beranjak dewasa dan bermasyarakat. Manusia membutuhkan dan memiliki naluri yang kuat untuk selalu hidup bersama orang lain.

Itulah sebabnya, manusia kemudian membentuk kelompok-kelompok. Secara bersama-sama, mereka membangun kesadaran untuk hidup, tolong-menolong, saling memengaruhi, dan menentukan tujuan yang sama. Cikal bakal dari dorongan inilah kemudian terjadi interaksi sosial atau hubungan sosial.

Menurut Poerwitaatmadja, setidaknya ada tiga faktor lain yang menyebabkan terjadinya hubungan sosial, yaitu sebagai berikut. 1. Faktor Imitasi Peranan faktor ini sangat penting dalam proses interaksi sosial. Faktor imitasi dapat mendorong seseorang untuk memusuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Tetapi juga bisa mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif, karena yang ditiru mungkin tindakan-tindakan yang menyimpang. 2. Faktor Sugesti Faktor ini berlangsung bila seseorang memberi suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Berlangsungnya sugesti, dapat juga terjadi karena pihak yang menerima dilanda oleh emosi yang menghambat daya berpikirnya secara rasional. 3. Faktor Identifikasi Faktor identifikasi ialah kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi bersifat lebih mendalam daripada imitasi dan sugesti. Karena, kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Proses identifikasi dapat berlangsung dengan sendirinya ataupun dengan disengaja, karena seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal tertentu di dalam proses kehidupannya. 4. Faktor Simpati Faktor simpati ialah suatu proses ketika seseorang merasa tertarik kepada pihak lain.

Di dalam proses ini, perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk kerja sama dengannya. Proses simpati akan dapat berkembang jika terdapat saling pengertian pada kedua belah pihak secara mantap.

Dampak-dampak Hubungan Sosial

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melakukan interaksi sosial, masalah selalu muncul. Kondisi itu cenderung disebabkan karena manusia memiliki watak dan keinginan yang berbeda. Menurut Gillin and Gillin ada dua macam dampak yang muncul sebagai akibat adanya hubungan sosial, yaitu sebagai berikut.

1. Asosiatif Dampak asosiatif mencakup hal-hal berikut ini. a. Akomodasi (saling menyesuaikan) Maksudnya, usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu konflik sosial dengan saling mengadakan penyesuaian diri satu sama lain. Misalnya, proses akomodasi zaman Alexander Agung dengan Hellenismenya. b. Asimilasi (perpaduan hasil dari saling penyesuaian) Maksudnya, suatu proses sosial yang ditandai oleh adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompokkelompok manusia dan usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama. Misalnya, pertukaran pemuda atau pelajar antarnegara. c. Akulturasi (proses penerimaan unsur budaya asing) Maksudnya, proses sosial yang timbul jika suatu kelompok manusia dengan kebudayaannya dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Selanjutnya, unsurunsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Misalnya, penyebaran agama.

2. Disosiatif Dampak disosiatif mencakup hal-hal berikut ini. a. Persaingan Persaingan menurut Gilin and Gilin adalah suatu proses sosial ketika para individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian publik tanpa menggunakan kekerasan. Misalnya, persaingan antarperusahaan. b. Pertentangan Maksudnya, suatu bentuk proses sosial yang terletak di antara persaingan dengan pertikaian yang ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana yang disembunyikan serta keragu-raguan terhadap pribadi seseorang. Misalnya, penolakan, menyangkal, dan memaki. 3) Pertikaian Maksudnya, suatu proses sosial ketika orang perorang atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuan dengan jalan memandang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Misalnya, tawuran dan berkelahi.

Pengertian Pranata Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), pranata adalah sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu dan seluruh perlengkapannya, guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat. Sementara itu, Hartomo (2004) menjelaskan pranata adalah sistem pola sosial yang tersusun rapi dan bersifat permanen serta mengandung perilaku-perilaku tertentu yang bersifat kokoh dan terpadu demi pemuasan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat. Pranata sosial adalah terjemahan dari istilah asing social institution. Walaupun social institution ada yang menerjemahkan dengan istilah lembaga kemasyarakatan. Dipergunakan istilah pranata sosial karena social institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat.

Koentjaraningrat (1974) dalam bukunya berjudul Pengantar Antropologi mengatakan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang terpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks kebutuhan khusus dalam kebutuhan masyarakat. Adapun menurut Cohen (1983) menyatakan bahwa pranata sosial adalah sistem pola-pola sosial yang tersusun rapi dan relatif permanen serta mengandung perilaku-perilaku tertentu yang kokoh dan terpadu demi pemuasan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat. Dengan demikian, pranata sosial adalah suatu aturan atau kaidah yang mengatur perilaku seseorang di masyarakat agar sesuai dengan adat istiadat yang berlaku dan telah disepakati bersama oleh masyarakat setempat.

Peran Pranata Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian


Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anak (termasuk anak tiri dan anak angkat). Ada juga keluarga yang tidak mempunyai anak, tetapi biasanya mengambil anak angkat. Di dalam suatu keluarga kadang-kadang seorang suami mempunyai beberapa orang istri (poligami).

Bahkan, pada masyarakat yang primitif ada seorang istri yang memiliki beberapa orang suami (poliandri). Lingkungan keluarga adalah tempat pembentukan watak dan pendidikan budi pekerti yang paling penting. Sebab, hal itu diberikan sejalan dengan perkembangan kejiwaan anak. Oleh karena itu, di dalam keluarga juga perlu adanya pranata-pranata sosial yang harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga. Salah satu pranata yang sangat berperan membentuk pribadi anak adalah ibu, bapak, dan saudara yang lebih tua.

Fungsi Pranata Sosial

Pada dasarnya, fungsi pranata sosial dibentuk untuk membangun kebersamaan sehingga tercipta hidup rukun, aman, nyaman sehingga bisa mencapai tujuan yang sama. Pranata sosial menurut Cohen (1983) memiliki 5 fungsi, yaitu keluarga, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan pemerintahan. Kelima fungsi ini saling terkait dan memengaruhi.

1. Fungsi Lembaga Keluarga Fungsi lembaga keluarga meliputi: a) pengaturan perilaku keturunan; b) memelihara kelangsungan keturunan melalui kelahiran; c) merawat dan melindungi anak-anak; d) mensosialisasikan anak; e) mengatur penempatan status sebagai penerus warisan sosial; f) mencukupi kebutuhan ekonomi sebagai unit pokok produksi dan konsumsi ekonomi.

2. Fungsi Lembaga Pendidikan Fungsi lembaga pendidikan meliputi: a) memberikan persiapan bagi peranan-peranan pekerja; b) bertindak sebagai perantara pemindahan warisan kebudayaan; c) memperkenalkan kepada individu-individu tentang berbagai peranan dalam keluarga; d) mempersiapkan para individu dengan berbagai peranan sosial yang dikehendaki; e) memberi landasan bagi penilaian dan pemahaman status relatif; f) meningkatkan kemajuan melalui pengikutsertaan dalam riset-riset ilmiah; g) memperkuat penyesuaian diri dan pengembangan hubungan sosial.

3. Fungsi Lembaga Keagamaan Fungsi lembaga keagamaan meliputi: a) bantuan terhadap pencarian identitas moral; b) memberikan penafsiran-penafsiran untuk membantu menjelaskan keadaan lingkungan fisik dan sosial seseorang; c) peningkatan kadar keramahan bergaul, kohesi sosial, dan solidaritas kelompok.

4. Fungsi Lembaga Ekonomi Fungsi lembaga ekonomi meliputi: a) produksi barang dan jasa; b) distribusi barang dan jasa serta pendistribusian sumber-sumber daya ekonomi (tenaga peralatan); c) konsumsi barang dan jasa.

5. Fungsi Lembaga-Lembaga Pemerintahan Fungsi lembaga pemerintahan meliputi: a) pelembagaan norma meliputi undang-undang yang disampaikan oleh badan-badan legislatif; b) melaksanakan undang-undang yang telah disetujui; c) menyelesaikan konflik yang terjadi di antara para anggota masyarakat; d) penyelenggaraan pelayanan-pelayanan seperti perawatan kesehatan, dan kesejahteraan; e) melindungi para warga negara dari serangan bangsa-bangsa dan memelihara kesiapsiagaan menghadapi bahaya.

Jenis – Jenis Pranata Sosial

Jenis pranata sangat ditentukan oleh kondisi heterogen masyarakat. Artinya, semakin berkembangnya suatu masyarakat maka semakin kompleks pula pranata di dalamnya. Jenis-jenis pranata sosial menurut Cohen, seorang pakar sosiologi adalah: 1) kekeluargaan, 2) pendidikan, 3) keagamaan, 4) ekonomi, 5) pemerintahan.

Sementara menurut Koentjaraningrat, jenis pranata sosial terdiri atas 8 jenis, yaitu sebagai berikut. 1) Pranata kekeluargaan ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan. Misalnya, pelamaran, perkawinan, poligami, pengasuh anak, dan perceraian. 2) Pranata ekonomi ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, memproduksi, menimbun, dan mendistribusi harta dan benda. Misalnya, pertanian, peternakan, pemburuan, industri, koperasi, dan penjualan. 3) Pranata pendidikan ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna. Misalnya, pengasuhan anak-anak, pendidikan rakyat, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf, pendidikan agama, pers, dan perpustakaan umum. 4) Pranata ilmiah ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia dan menyelami alam semesta. Misalnya, metode ilmiah dan penelitian pendidikan ilmiah.

5) Pranata keindahan dan rekreasi ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia menyatakan rasa keindahan dan untuk rekreasi. Misalnya, seni rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusastraan, dan olahraga. 6) Pranata keagamaan ialah pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib. Misalnya, mesjid, gereja, doa, kenduri, upacara keagamaan, penyiaran agama, pantangan, dan ilmu gaib. 7) Pranata pemerintahan ialah pranata yang bertujuan untuk mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara. Misalnya, pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, dan ketentaraan. 8) Pranata kesehatan jasmaniah ialah pranata yang bertujuan untuk mengurus kebutuhan jasmani manusia. Misalnya, pemeliharaan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, dan kedokteran.

Jenis Pengendala Sosial

Sebagai upaya meningkatkan ketaatan masyarakat terhadap norma, kaidah, dan aturan yang telah disepakati maka dibutuhkan sosial kontrol. Sosial kontrol cenderung sebagai pengendalian sosial. Sosial kontrol terdiri atas dua jenis, yaitu sebagai berikut. 1. Sosial kontrol yang bersifat preventif Preventif, artinya sebuah upaya atau usaha pencegahan sebelum terjadi. Misalnya, pemerintah mensosialisasikan iklan tentang akibat penggunaan napza di televisi pada masyarakat. Layanan iklan ini merupakan strategi preventif agar masyarakt tidak terdorong untuk memakai napza. 2. Sosial kontrol yang bersifat represif Represif, artinya sebuah upaya atau usaha untuk mengembalikan kesesuaian akibat adanya gangguan. Misalnya, memberikan sanksi atau hukuman terhadap masyarakat yang melanggar hukum.

Peran Lembaga Lembaga Pengendalian Sosial

Pada dasarnya, eksistensi antara lembaga-lembaga pengendalian sosial seperti lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, dan lembaga pemerintah merupakan satu kesatuan. Peran dan fungsi kelima lembaga tersebut, tidak akan seimbang jika dalam praktiknya berdiri sendiri. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu tatanan, aturan, dan norma yang bisa meningkatkan kestabilan antarlembaga yang dimaksud. Misalnya, lembaga keluarga mendidik dan membina anggota keluarganya.

Sementara lembaga pendidikan secara formal mendukung nilai pendidikan yang dibangun keluarga. Contoh lain, lembaga ekonomi dan pemerintah menyiapkan lahan sebagai sarana produktivitas pasca pendidikan formal. Ketidakseimbangan antarlembaga hanya akan menimbulkan pengangguran yang bisa berujung pada tindak kriminal, karena sulitnya mendapatkan pekerjaan.


Sumber : http://www.mediasiswa.com/materi-hubungan-sosial-dan-pranata-sosial/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar