Kamis, 27 Juli 2017

Rumah Adat Tanean Lanjhan, Madura


RUMAH ADAT MADURA TANEAN LANJHANG





Menjunjung tinggi tali kekerabatan merupakan ciri khas dari masyarakat Madura. Simbol-simbol yang mendukung hal ini bisa dilihat dari rumah adat yang sebagian besar masih terpelihara dengan rapi di berbagai pelosok di Madura.

Salah satunya yang terdapat di Desa Pamaroh, Kecamatan Kadur, Pamekasan, Madura. Halaman panjang atau yang terkenal dengan sebutan Tanean Lanjang adalah bukti kekerabatan masyarakat Madura.

Tanean Lanjang adalah pemukiman taradisional masyarakat Madura yang merupakan kumpulan rumah yang terdiri atas beberapa keluarga yang masih terikat dalam satu ikatan keluarga. Jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya pun terbilang cukup dekat. Biasanya hanya dibatasi oleh pekarangan. Letaknya sangat berdekatan dengan lahan garapan, mata air atau sungai.

Tanean Lanjang terbentuk karena sejumlah rumah di tata berjejeran dengan rumah induk yang berada di tengah-tengah. Biasanya, rumah induk ini ditandai dengan hiasan 2 jengger ayam di atapnya dengan posisi berhadapan layaknya batu nisan pada sebuah makam.

Hiasan ini mengingatkan penghuni rumah pada kematian, yang pasti akan dijalani oleh setiap makhluk hidup. Rumah induk ini ditempati oleh orang tertua pada keluarga tersebut. Orang tua ini disebut kepala somah. Ibarat raja kecil, kepala somah adalah yang menguasai semua kebijakan keluarga, terutama menyangkut masalah perkawinan.



Susunan rumah disusun berdasarkan hierarki dalam keluarga. Barat – timur adalah arah yang menunjukkan urutan tua – muda. Ikatan kekeluargaan menjadi sangat erat berkat diberlakukan sistem tersebut. Sedangkan hubungan antar kelompok cenderung renggang, karena letak pemukiman yang menyebar dan terpisah.

Di ujung paling barat merupakan letak langgar. Bagian utara adalah kelompok rumah yang tersusun sesuai hierarki keluarga. Sementara itu susunan barat – timur terletak rumah orang tua, anak-anak, cucu hingga cicit dari keturunan perempuan. Kelompok keluarga seperti itu deisebut sebagai koren atau rumpun bambu. Istilah ini sangat cocok karena satu koren berarti satu keluarga inti.

Rumah adat Madura ini hanya memilki satu pintu di depan. Hal ini dimaksudkan agar pemilik rumah dapat mengontrol aktifitas keluar masuk anggota keluarganya. Pintu ini dihiasi ukiran-ukiran asll Madura, dengan warna hujau dan merah yang merupakan lambing kesetiaan dan perjuangan.

Sebuah lukisan bunga juga tampak menghiasi dinding depan rumah. Lukisan ini menggambarkan keharmonisan keluarga, sebuah impian rumah masa depan yang bahagia.

Dibagian dalam rumah berdiri 4 buah pilar penyangga yang tampak kokoh. Pilar-pilar ini terhubung satu dengan lainnya, sehingga membentuk sebuah bujur sangkar. Pilar-pilar ini disebut dengan pilar pasarean.







Sejumlah perabotan keluarga juga masih tampak terpelihara di bagian dalam rumah. Diantaranya sebuah bayang besar yang terbuat dari kayu jati dengan ujung sebelah kiri lebih tinggi. Fungsinya sebagai pengganjal kepala agar bisa beristirahat untuk melepas kepenatan tubuh.

Tampak pula tombak tradisional Madura yang masih terpelihara dengan baik. Tombak in merupakan senjata tradisional Madura, dalam mempertahankan keutuhan keluarga. Setiap rumah dilengkapi denga sebuah surau. Surau ini, di samping berfungsi sebagai tempat shalat, juga menjadi tempat bagi kepala somah untuk memantau orang-orang yang keluar masuk halamannya. Orang Madura menyebut surau ini dengna sebutan langgar.

Langgar di Madura merupakan sesuatu yang sangat penting karena di Madura adalah penganut agama yang sangat teguh. Sehingga langgar merupakan symbol ketaatan masyarakat Madura dalam beragama. Letaknya pun berada di barat, yang dalam islam artinya menghadap ke arah kiblat. Selain digunakan sebagai tempat melaksanakan ibadah, langgar tersebut juga berfungsi sebagai menjaga ternak atau menjaga hasil bumi.

Sumber : http://www.wisatamadura.or.id/keunikan-rumah-adat-madura-tanean-lanjhang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar